Trofi Premier League Jadi Cara Ranieri Jawab Kritik

Tak sedikit yang meragukan Claudio Ranieri bakal sukses saat menangani Leicester City. Tapi, trofi Premier League yang baru saja diraih Ranieri jadi caranya menjawab segala kritik dan keraguan yang ada.
Leicesser memastikan diri jadi juara Premier League usai hasil imbang 2-2 di laga Chelsea kontra Tottenham Hotspur dinihari WIB tadi. Dengan demikian, selisih tujuh angka yang membedakan Spurs dengan Leicester tak akan bisa disamai di dua pertandingan terakhir.
Gelar liga ini jadi yang pertama untuk Leicester sepanjang sejarah klub itu dan juga untuk Ranieri dalam kariernya sebagai pelatih. Selama ini Ranieri kerap gagal membawa tim asuhannya jadi juara liga yang membuatnya dijuluki Mr Runner-up.
Tak cuma itu, Ranieri juga berhasil menjawab kritik yang mengarah kepadanya mengingat banyak meragukan dirinya bisa sesukses saat ini, saat ditunjuk sebagai pengganti Nigel Pearson.
Apalagi sebelumnya, Ranieri dipecat timnas Yunani karena kekalahan dari tim kecil Kepulauan Faroe di kualifikasi Piala Eropa 2016. Banyak yang menilai bahwa Ranieri sudah habis.
“Itulah yang bikin sepakbola mengecewakan. Orang-orang sudah mengkritik sebelum melihat hasilnya,” ujar mantan pemain Leicester Patrick Kisnorbo kepada Omnisport.
“Ranieri punya latar belakang melatih sejumlah tim-tim besar dunia. Ya, memang tidak tidak pernah jadi juara tapi lebih banyak jadi runner-up dan dia membuktikan bahwa orang-orang sudah salah,” sambung pemain yang membela Leicester periode 2005-2009 itu.
“Hal buruk soal industri ini adalah orang-orang mengkritik hanya karena mungkin penampilan buruk di awal musim dan tidak mendapat kesempatan membuktikan diri dan saat ini dia adalah manajer klub juara Premier League.”
“Siapapun yang meragukannya, saya yakin mereka akan menjilat ludah sendiri,” tutupnya.