Semua Berawal dari Peyek, Keluarga Miskin Ini Mendapat Tagihan Rp100 Juta! Berikut Cerita Lengkapnya

MetroRakyat.com I YOGYAKARTA — Fahri Banu Akmal, bayi yang baru berumur 1 tahun empat bulan tergolek lemah tak bersuara di bangsal Melati 2 kamar nomor 4 RSUP Dr Sardjito, Senin (23/5/2016). Di umurnya yang masih kecil ini, ia harus mengalami operasi pembedahan torak untuk pengambilan kacang yang tinggal di paru-parunya. Fahri selalu ditemani kedua orang tuanya, yakni Amad Kuzaidi (38), dan Siti Widarti (38) yang berasal dari Purworejo, Jateng. Karena keadaannya itu, Fahri hampir tak dapat bersuara. Bayi mungil itu kadang terbatuk karena sakit yang diderita.
Suami istri itu hanya dapat menatap nanar anak mereka yang tergolek lemah, sedangkan pikiran mereka berkecamuk lantaran tak memiliki biaya untuk membayar biaya perawatan dan operasi selama peratawan. Penyesalan datang belakangan, karena anaknya yang kedua harus mengalami peristiwa nahas yang seharusnya dapat dihindari. Fahri tersedak kacang dari peyek yang ia makan pada 21 April lalu. Saat itu, Amad sekeluarga termasuk anaknya Fahri dan kakaknya yang masih berumur empat tahun berada di salah satu ruangan di rumahnya. Fahri yang belum genap dua tahun tanpa sepengatahuan ayah ibunya memakan apa yang dimakan kakak laki-lakinya. “Kakaknya saat itu makan peyek. Tiba-tiba saya lihat Fahri batu-batuk dan terlihat sesak nafas. Ia menangis terlihat kesakitan,” cerita Amad kepada wartawan, Senin (23/5).
Ke Bidan
Melihat kondisi anaknya, dengan rasa panik kedua orangtua itu membawa Fahri ke bidan setempat. Rujukan bidan ke RSUD Purworejo juga tidak membantu Fahri. Dokter dari RSUD lantas merujuk Fahri ke RSUP dr Sardjito untuk mendapatkan penanganan ahli. Diceritakan Amad, saat ia melarikan anaknya ke bidan dan ke rumah sakit setempat, Fahri masih menangis. Namun saat ambulan membawa tubuh mungilnya ke Yogyakarta, Fahri sudah tak sadarkan diri, hingga dokter RSUP Dr Sardjitomenempatkan Fahri ke ICU khusus anak dan memasang alat bantu pernafasan.
Kepala Bagian Hukum dan Humas RSUP Dr. Sardjito, Trisno Heru Nugroho, dari penanganan dokter Fahri didianogsa mengalai gangguan gagal nafas karena tersedak benda asing dalam hal ini kacang yang masuk ke dalam paru-parunya. Fahri ditangani secara intensif dengan memasukannya ke ruang ICU anak. Tim dokter berusaha mengeluarkan kacang itu dengan menggunakan alat canggih yang mereka miliki, namun usaha itu gagal.
Hingga pada 9 Mei tim dokter memutuskan untuk melakukan operasi besar dengan cara membedah torak bayi kecil itu dan mengambil kacang yang tersangkut di paru-paru. “Operasinya berjalan dengan lancar. Tapi karena bayi sekecil itu harus menjalani operasi besar, ia harus kembali ke ICU setelah operasi,” jelasnya. Fahri menginap di ICU anak hingga 18 Mei. Ia berhasil melalui masa kritis dan diperbolehkan keluar dari ICU untuk dipindahkan ke bangsal biasa untuk pemulihan hingga nantinya diizinkan pulang.
“Bagi kami, menolong menyembuhkan itu yang utama. Soal pembiayaan itu nomor sekian. Dari medik hanya menerapkan menolong, menolong dan menolong,” tukasnya. “Namun yang disesalkan, pasien ini berasal dari keluarga yang tidak mampu, tidak dilindungi oleh asuransi apapun. Padahal biaya sampai hari ini sudah habis sekitar Rp100 juta,” urainya.
Dermawan
Amad dan Siti berharap ada tangan dermawan yang membantu keluarganya dalam mengatasi permasalah keuangan ini. Amad adalah dari keluarga yang tak mampu dan selama ini bekerja sebagai buruh tani di Purworejo. Sebagai seorang buruh tani, penghasilannya tidak menentu, bisa Rp 300 ribu hingga Rp 500 ribu per bulan. Itupun untuk menghidupi keluarganya, istri, dua orang anak, orangtua dan adiknya yang juga sakit.
“Saya masih bingung pembiayaan ke depan, terus terang kami tidak mampu. Kami tidak memiliki asuransi. Sedangkan Jamkesda Purworejo hanya bisa mengeluarkan dana Rp 5 juta,” terangnya. Amad mengaku selama ini ia tidak terpikirkan untuk mendaftarkan keluarganya ke BPJS kesehatan. Uang yang selama ini ia kumpulan habis untuk keperluan hidup seperti membeli makanan untuk keluarganya.
Kini kondisi Fahri sudah membaik, namun kebingungan masih melanda keluarga itu. Trisno Heru Nugroho mengungkapkan, apabila orangtua Fahri memang tak bisa membayar saat ini, maka langkah yang bisa dilakukan adalah dengan membuat surat perjanjian pembayaran.
Hal itu dilakukan lantaran pihak rumah sakit juga akan mengalami proses audit. Apabila memang tak bisa membayar biaya operasi dan perawatan, maka langkah selanjutnya adalah berkoordinasi dengan Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) untuk pengurusan pembayaran piutang yang ditangggungkan ke keluarga pasien. (tribunjogja.com/aga).