Terkait Peristiwa KMP Ihan Batak, Anggota DPRD Samosir Angkat Bicara

METRORAKYAT.COM, SAMOSIR – Terkait peristiwa KMP Ihan Batak, anggota DPRD Samosir Haposan Sidauruk menyampaikan beberapa point penting atas musibah yang terjadi di Pelabuhan Ambarita.
“Guna mencari solusi terbaik dengan tidak menyalahkan pihak tertentu, kejadian KMP Ihan Batak, sangat dibutuhkan pembelajaran yang di cari dari kejadian tersebut,” sebut Haposan Sidauruk, Jumat (4/6/2021), Simanindo.
“Kita semua perlu tau bahwa Danau Toba memiliki ke sakralan, sehingga cukup kehati-hatian dalam melakukan suatu pekerjaan”, paparnya.
Selain itu ada sebagian di luar pemikiran kita atas kejadian tersebut yakni angin kencang dan hujan yang deras tiba-tiba reda setelah makan korban.
“Jadi bagaimana mungkin feri yang sudah ditambat (diikat) bisa maju mundur sampai beberapa meter, belum lagi almarhumah yang menjadi korban menurut keterangan masyarakat setempat tidak mau ditolong keluar dari dalam mobil seolah pasrah,” ucap Haposan Sidauruk.
Politisi muda Partai PKB ini juga menyampaikan ada beberapa pelajaran diambil dari kejadian atau musibah tersebut yang perlu diperhatikan dan diperbaiki diantaranya, perlu ada orang lokal yang bekerja menjadi Anak Buah Kapal (ABK) di KMP Ihan Batak, karena masyarakat lebih mengetahui kondisi Danau Toba yang penuh misteri.
Menurut informasi yang diperoleh, tidak seorangpun ABK dari warga Samosir ataupun tenaga honor bekerja di dalam KMP Feri Ihan Batak.
Kemudian, saat pertama beroperasinya KMP Ihan Batak, waktu itu penumpangnya harus keluar dari mobil, baik ketika akan masuk maupun keluar Kapal.
“Namun hal sekarang tidak terlaksana, kemudian berubah. Apakah ada perubahan Standar Operasional Prosedur (SOP) dimana panduan yang digunakan untuk memastikan kegiatan operasional organisasi atau perusahaan berjalan dengan lancar,” pungkasnya. Apabila tidak ada dalam SOP, perlu rasanya Nahkoda menghidupkan sirene atau klakson panjang tanda bahaya sehingga orang sekitar mengetahui. Namun saat kejadian tak satupun ABK yang turun ke Danau kecuali hanya melempar pelampung. Pertolongan hanya diberikan masyarakat sekitar yang berada dilokasi.
Lanjutnya lagi, kepada masyarakat sekitar yang memberi pertolongan perlu tahu, jika membantu seseorang di dalam air, yang pertama harus dilakukan atau menyiram yang bersangkutan terlebih dahulu baru ditolong (jolo diarsik).
“Pernah dengar bukan yang menolong jadi korban atau ikut korban?” tegas Haposan.
Hal ini hampir saja menimpa Janri Manik, saat kejadian Senin lalu. Janri Manik hampir bahaya saat menolong Ibu, andai tidak sigap melepas jangkauan si supir.
“Ini adalah pesan (poda) leluhur kita,” ucapnya.
Kelima, hampir tidak terpublis bagaimana masyarakat sekitar mengupa-upa (selamatan) kepada penumpang yang luput dari bahaya dengan menabur boras sipirnitondi (beras diatas kepala) kepada mereka, bahkan supir mobil putih yang berada dibelakang avanza tersebut sampai menangis haru berterimakasih kepada Ober Sitio Kepala Desa Ambarita.
Dan kejadian tersebut terjadi di pelabuhan feri Simanindo, tanpa sadar bahwa di Desa Simanindo juga ada pelabuhan feri.
“Ambarita memang di Kecamatan Simanindo tapi jangan lupa di Pelabuhan feri Simanindo ada feri Sumut I dan Sumut II,” ungkapnya. (MR/156)