Sadra Munawar Soroti Proyek Jalan Samar Kilang, Ini Penjelasan Humas PT. GMP
METRORAKYAY.COM, REDELONG – Pekerjaan proyek jalan Samar Kilang – Pondok Baru yang dilaksanakan dengan sistem kontrak multi years dengan pagu Rp. 228.228.000.000, dikerjakan oleh PT. Galih Medan Persada (PT. GMP) mendapat sorotan dari aktivis Bener Meriah.
Sorotan itu disampaikan Sadra Munawar, aktivis Bener Meriah dalam siaran pers yang tayang dibeberapa media di daerah dingin itu.
Dikatakan Sadra, proyek ini diduga menggunakan material yang tidak sesuai spek yakni menggunakan batu gunung bekas longsoran dan tidak memiliki izin galian C.
“Setelah kami turun langsung meninjau proses pekerjaan jalan, ditemukan perusahaan tersebut menggunakan batu yang tidak sesuai spek dan tidak dari galian C yang memiliki izin. Jelas terlihat diambil dari batu gunung bekas longsoran,” sebut Sadra Munawar, Selasa (1/6/2021) di Redelong.
Ditambahkannya, sebagai putra daerah yang merupakan penerima manfaat pembangunan jalan tersebut, dirinya mengaku kesal dan kecewa atas pekerjaan yang dilaksanakan tidak sesuai dengan spek dan tentu kedepan kualitasnya akan buruk.
“Kami meminta pihak perusahaan menghentikan pekerjaan tersebut untuk sementara waktu sebelum menggunakan material yang sesuai spek dan telah melalui uji lab. Selain itu, kami juga meminta PPTK bertanggung jawab dan melakukan pengawasan dengan sebaik-baiknya, jangan sampai perusahaan yang mencari keuntungan semata dengan mengabaikan kualitas, terlebih pembangunan tersebut menelan anggaran ratusan milyar,” ujarnya.
Ditambahkannya, bahwa pembangunan jalan tersebut telah dinanti-nanti masyarakat sejak lama, dan ini awal mula “kemerdekaan” bagi masyarakat Samar Kilang di Kabupaten Bener Meriah, untuk lepas dari ketermaginalan dari sulitnya sarana transfortasi.
Oleh sebab itu, Gubernur Aceh, Nova Iriansyah selaku putra daerah telah membangun legacy di Samar Kilang untuk tidak dipermalukan dengan buruknya pekerjaan jalan ini.
“Sepanjang jalan peroyek tersebut juga tidak memasang pelang kegiatan, rambu-rambu dan K3 serta minimnya progres kegiatan terlihat belum ada kegiatan apapun dari Simpang Tiga Redelong hingga Tembolon,” jelas Sadra.
Hasil investigasi, pihaknya juga menghimpun keluhan masyarakat yang tidak dilibatkan dalam kegiatan tersebut, terutama pemilik dump truk yang merupakan masyarakat lokal.
“Kami meminta Gubernur Aceh dan Kapolda Aceh untuk menindak dan meninjau langsung proses pengerjaan proyek multi years tersebut hingga masyarakat dapat merasakan manfaat sesuai dengan harapan,” pintanya.
Di tempat terpisah, pihak PT. Galih Medan Persada secara tegas menjelaskan, soal material longsoran yang berada di KM 29 yang letaknya berada di perbatasan Kampung Mesidah dan Tembolon, sudah sesuai dengan spek. Hal itu berdasarkan hasil uji lab yang di keluarkan oleh dinas terkait.
“Uji lab nya sudah dikeluarkan oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Provinsi Aceh. Jadi material itu bisa digunakan dan sudah sesuai spek,” jelas Roni Juanda, Humas PT. Galih Medan Persada kepada media ini.
Menurutnya, material tersebut digunakan hanya untuk pembentukan badan jalan sekaligus menimbun sebagian badan jalan yang lincin agar masyarakat dapat melintasi jalan dengan aman.
“Sudah beberapa kali longsor, bahkan menutupi badan jalan. Jadi, pihak PU Provinsi meminta kepada pihak rekanan agar membersihkan material yang menutupi jalan agar masyarakat bisa melintas. Jadi, timbunan longsor itu kami bersihkan dan selanjutnya dimanfaatkan untuk menimbun badan jalan yang licin,” katanya.
Selanjutnya, dalam proses pengerjaan proyek timbunan tersebut nantinya ditimpa oleh material lain yang harus memiliki ijin galian C. Intinya material longsoran itu tidak masuk dalam item pekerjaan dan tidak dibayar.
Mengenai material yang digunakan tersebut, sebut Roni, seharusnya para rekan aktivis bisa menanyakan langsung kepada kami. Hal ini supaya tidak terjadi salah paham.
Terkait tenaga kerja lokal, pihak perusahaan nantinya akan melibatkan masyarakat setempat untuk berperan langsung dalam kegiatan tersebut. Sehingga, keberadaan proyek ini ke depannya, selain diperuntukan untuk jalur utama akses transportasi warga juga dalam pengerjaaannya dapat membantu menambah income ekonomi masyarakat.
“Kami juga sebetulnya sudah membahas tentang alat angkut material. Rencananya kami akan melibatkan mobil dum truk yang ada di Kabupaten Bener Meriah melalui satu pintu yakni Organda setempat,” pungkas Roni seraya berharap, proses pembangunan proyek tersebut hendaknya mendapat dukungan dari masyarakat, sehingga dapat dilaksanakan sesuai harapan semua pihak. (MR/RN)