Keunikan Bowo Dalam Adat Pernikahan Suku Nias

Keunikan Bowo Dalam Adat Pernikahan Suku Nias
Bagikan

METRORAKYAT.COM, NIAS SELATAN – Pernikahan adat Nias adalah salah satu tradisi budaya yang masih dilestarikan oleh masyarakat Nias di Sumatera Utara. Pernikahan adat Nias ini memiliki beberapa tahapan dan prosesi yang harus dilalui oleh calon pengantin dan keluarganya. Salah satu hal yang penting dalam pernikahan adat Nias adalah mahar atau bowo, yaitu sejumlah harta yang diberikan oleh pihak laki- laki kepada pihak perempuan sebagai tanda penghormatan, penghargaan, dan kasih sayang.

Mahar atau bowo dalam pernikahan adat Nias biasanya berupa uang, babi, dan beras.
Jumlah dan jenis mahar atau bowo yang harus diberikan oleh pihak laki-laki kepada pihak perempuan ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain:
-Tingkat pendidikan calon pengantin wanita, semakin tinggi pendidikan maka semakin besar mahar atau bowo yang diminta.
-Tingkat derajat sosial calon pengantin wanita, semakin tinggi derajat sosial maka semakin besar mahar atau bowo yang diminta.
-Keturunan calon pengantin wanita, semakin tinggi keturunan maka semakin besar mahar atau bowo yang diminta.
-Kecantikan calon pengantin wanita, semakin cantik maka semakin besar mahar atau bowo yang diminta.
-Kesepakatan antara kedua belah pihak, bisa lebih besar atau lebih kecil dari standar yang berlaku, tergantung dari kondisi dan kemampuan masing-masing pihak.

Mahar atau bowo dalam pernikahan adat Nias harus dibayarkan secara penuh sebelum
pernikahan dilangsungkan, karena merupakan syarat sah pernikahan menurut hukum adat Nias. Jika mahar atau bowo belum dibayarkan secara penuh, maka pernikahan tidak dianggap sah dan tidak mendapat restu dari keluarga dan masyarakat

Mahar atau bowo dalam pernikahan adat Nias tidak hanya berfungsi sebagai tanda
penghormatan dan penghargaan, tetapi juga sebagai tanda pengikatan dan perlindungan. Dengan memberikan mahar atau bowo, pihak laki-laki menunjukkan bahwa mereka siap untuk melindungi dan bertanggung jawab atas kehidupan calon pengantin wanita. Sebaliknya, dengan menerima mahar atau bowo, pihak perempuan menunjukkan bahwa mereka siap untuk mengikuti dan mendukung kehidupan calon pengantin laki-laki.

Mahar atau bowo juga menjadi simbol kesetiaan dan keharmonisan antara suami dan istri, serta antara keluarga besar mereka. “Karena Bowo di Nias cukup tinggi, rata-rata laki-laki suku Nias lebih suka menikah dengan perempuan suku luar yang
Bowo nya terbilang rendah” Mental Rius salah putra Nias yang gagal menjalin hubugan asmara dengan wanita idamannya dengan gadis suku Nias

Mahar atau bowo dalam pernikahan adat Nias juga memiliki nilai seni dan budaya yang tinggi. Mahar atau bowo biasanya disajikan dengan cara yang indah dan menarik, dengan
menggunakan bahan-bahan alami seperti daun pisang, anyaman bambu, dan kain tenun. Mahar atau bowo juga disertai dengan hiasan-hiasan lain seperti bunga, buah, dan perhiasan. Mahar atau bowo juga disampaikan dengan cara yang sopan dan hormat, dengan diiringi oleh musik dan tarian tradisional Nias.

Mahar atau bowo juga menjadi bagian dari pesta dan perayaan pernikahan adat Nias, yang melibatkan seluruh anggota keluarga dan masyarakat.
“Ya, Bowo di Nias memang ditentukan dengan tingkat derajat sosial yang dimiliki gadis suku Nias, misalnya Gadis suku Nias tamatan S-1 dan tingkat derajat ekonomi standar maka maharyang akan diberiakn calon pengantin mempelai pria mencapai kisaran Rp 100 – 150 Juta, 2 ekor babi, dan 5 karung beras.” Eka salah satu gadis suku Nias.

Mahar atau bowo dalam pernikahan adat Nias merupakan salah satu warisan budaya yang harus dijaga dan dilestarikan oleh generasi muda Nias. Mahar atau bowo bukan hanya sekedar materi, tetapi juga mengandung makna dan nilai yang mendalam bagi kehidupan suku Nias.

Mahar atau bowo mencerminkan rasa cinta, hormat, tanggung jawab, penghargaan, dan penghormatan antara suami dan istri, serta antara keluarga dan masyarakat. Mahar atau bowo juga menunjukkan kekayaan dan keindahan seni dan budaya Nias, yang patut dibanggakan dan dihormati.(MR).

Artikel ini ditulis oleh Mahasiswa Magang Merdeka Bersertifikat, Sinilia Bohalima (Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Sari Mutiara Indonesia)

 

Redaksi Metro Rakyat

PT. Metro Rakyat Kreasi - Situs Berita Portal online - Berita Mendidik, Aktual & Inovatif.