Dua Tahun Kehilangan Amir Arsyad Nasution

Dua Tahun Kehilangan Amir Arsyad Nasution
Bagikan

“ Dari jauh tampak wajahnya/Sapu tangan tanda sayang/Lama berpisah sesak rasanya/Kesan lama datang membayang “

“Hujan turun tanah pun basah/Air mengalir sampai tergenang/Raga insan boleh berpisah/Indah persahabatan mesti terkenang” 

———–

Amir Arsyad Nasution

Agaknya, tidak semua insan memiliki keterampilan dalam mengolah kata menjadi kalimat dan bermuara menjadi pantun. Saya termasuk diantara insan tersebut.

Saat menjalin pantun yang mendekati kebutuhan sebagai pengantar tulisan ini,  tidak cukup satu jam waktu untuk mendapatkannya. Tantangannya selain diksi ( pilihan kata ), di dalamnya terbiasa ada sains komunikasi bersifat verbal yang mendapat kedudukan utama dalam budaya Melayu.

Tetapi fenomena ini tidak berlaku bagi pria bernama Amir Arsyad Nasution, yang hari ini Minggu 10 Oktober 2021 sudah 2 tahun menghadap Tuhan. Pria istimewa ini tercatat meninggal Kamis (10/10/2019) serta membuat banyak orang merasa kehilangan.

Amir, demikian panggilan akrabnya. Ia sangat cekatan memuntal kata menjadi pantun secara spontan. Beragam makna mencuat dari pantun tersebut termasuk segala jenis petuah, petunjuk, nasihat, amanah, pengajaran, dan contoh teladan yang bermanfaat bagi kehidupan manusia dalam arti luas.

Lahir di Galang Deli Serdang 18 Januari 1964. Adalah Dol Babarosa dan Dahri Uhum Nasution yang menempa dirinya di bidang tradisi lisan tersebut. Ketika itu kedua komedian senior ini membutuhkan mitra sepanggung dan menawarkannya kepada Amir.

Biasalah. Awalnya Amir dianggap tak mampu. Namun bagi Amir momen tersebut malah menumbuhkan idenya harus menjadi raja pantun. Pantunnya segar, lucu dan menggelitik.

Amir Arsyad Nasution seterusnya menjadi ikon MC Pantun paling ternama dan temahal. Nyaris tidak ada yang mampu menyainginya sebagai MC selama bertahun-tahun.

Kedekatannya dengan Ronggeng Melayu membuatnya menjadi MC pertama yang menggabungkan pantun menjadi menu utama pada acara protokoler formal maupun non formal.

Akhirnya bersama rekan – rekannya tanggal 26 Januari 2017 mendirikan Pak Pong Medan sebagai perawatan kebudayaan yang eksis setiap bulannya di Taman Budaya Jalan Perintis Kemerdekaan Medan. Tercatat ada juga keterlibatan Syahrial Felani, Retno Ayumi, Dilinar Adlin, Iwan Amry, T. Zainuddin, Ayub Hamzah, Irfansyah, Razali dan lain-lain.

Amir Arsyad Nasution putra seorang pengajar di sebuah sekolah. Ayahnya mewariskan jiwa seni saat masih kanak-kanak.

Sayangnya, ayah dan ibunya meninggal karena  kecelakaan lalulintas. Sejak itu ia harus bekerja keras menghidupi ketujuh adiknya termasuk si bontot  yang ketika itu masih sangat kecil dan jadi korban selamat dari kecelakaan tersebut.

Banyak trophy yang ia dapatkan dari kecakapannya sebagai bukti aktifitas rutin. Bahkan ia berkesempatan juga dikirim ke Istana Negara untuk bertemu Presiden Soeharto, Habibie, dan sederet menteri.

Ia merasa berhasil, karena sukses mengupayakan semua adik-adiknya menuntut ilmu sampai sarjana dan menikahkannya. Amir tidak merasa perjuangan hidupnya sia-sia walau kehilangan gelar sarjana dari IKIP Medan.

Demikianlah cacatan singkat ini dibuat guna mengenang sosok Amir Arsyad Nasution yang bertahun – tahun menghibur khalayak ramai. Sebagai pembawa acara yang andal dan diterima banyak orang, maka statusnya di budaya Toba lebih kurang adalah Raja Parhata, Singerana (Karo) dan mungkin juga digelari Patuan Muda Napande (Tabagsel). * (Drs Jenda Bangun, Pemred metrorakyat.com.)

Admin Metro Rakyat News