Coldplay manjakan mata dan telinga penggemar di Thailand

Coldplay manjakan mata dan telinga penggemar di Thailand
Bagikan

MetroRakyat.com  |  BANGKOK — Band asal Inggris Coldplay baru saja menggelar konser di Bangkok, Thailand, tadi malam (7/4) dalam rangkaian tur konser dunia “A Head Full of Dreams 2017” setelah menyambangi Manila, Filipina, Selasa (4/4). Bertempat di Rajamangala Stadium, para penonton yang sudah mulai mengantre sejak siang hari, bahkan ada yang mulai mengantre pukul 08.00 waktu Bangkok (sama dengan WIB) mulai diperkenankan memasuki stadion pukul 17.10.

Setelah melewati rangkaian pemeriksaan, tiket maupun tas bawaan, para penonton kemudian berlarian ke dalam stadion sesuai dengan area tiket yang dimiliki. Di dalam stadion para penonton masih harus menunggu apa yang dilakukan penampilan band yang digawangi Chris Martin. Beberapa penonton menunggu dengan duduk di atas rumput yang telah ditutup dengan pelindung, namun tidak sedikit pula penonton yang men unggu dengan berdiri.

Pukul 20.00 penonton yang mulai lelah dan bosan menunggu menjadi kembali bersemangkat saat musisi cantik asal Australia Jess Kent memasuki panggung sebagai penampil pembuka konser Coldplay Bangkok, Thailand. Membawakan sejumlah lagu, Jess Kent meninggalkan panggung pukul 20.40. Penonton yang tidak lagi sabar menunggu penampilan Coldplay bersama-sama menyanyikan lagu Coldplay.

Tepat pukul 21.00 layar lcd yang digunakan sebagai latar panggung memutar video yang menampilkan sejumlah fans Coldplay. Video tersebut menghitung mundur untuk mempersilakan Coldplay memasuki panggung. Penonton juga ikut menghitung mundur untuk menyambut band yang telah terbentuk sejak 21 tahun lalu itu.

“3… 2… 1… Aaaaakk,” teriak penonton.


(Vokalis Coldplay, Chris Martin, saat konser “A Head Full of Dreams” di Bangkok, Thailand, Jumat (7/4/2017). (ANTARA News/ Arindra Meodia))

Memanjakan mata dan telinga

Gelang digital yang dipakai penonton, yang dibagikan petugas saat memasuki stadion, mulai menyala secara otomatis. Seakan menyapa penonton, Coldplay menggebrak panggung dengan lagu “A Head Full of Dreams”. Tanpa dikomando, penonton pun serentak berteriak dan melompat. Lampu warna-warni menyorot ke arah penonton. Menjelang akhir lagu, lampu sorot warna merah mendominasi serasi dengan warna lampu digital dari gelang yang dipakai penonton.

Kembang api warna-warni menghiasi langit Rajamangala Stadium. Penonton yang berjingkrak-jingkrak dibuat kembali tenang saat Chris Martin dan kawan-kawan membawakan lagu kedua, “Yellow”.  Diiringi sorotan lampu warna hijau yang lagi-lagi diserasikan dengan lampu dari gelang digital, para penoton seakan disulap menjadi paduan suara, bersama-sama menyanyikan bait demi bait lagu dari album “Parachutes” (2000) itu.

Penonton kembali melompat saat Coldplay memainkan lagu “Every  Teardrop is a Waterfall”, terlebih ketika kertas warna-warni berbentuk bintang disemburkan ke udara. Meredam energi dari seberang panggung, Chris Martin menekan tuts-tuts piano memainkan lagu “The Scientist”. Dia juga mengajak para penonton untuk menyanyikan lirik dari lagu yang masuk dalam album “A Rush of Blood to the Head” (2002) itu.

“Mungkin kita bisa menyanyikan satu reff bersama, ini dia,” ujar Chris dari balik piano.

Masih berada dibalik piano, Chris memberi aba-aba “lompat bersama-sama,” sambil memainkan nada-nada awal lagu “Paradise”. Stadion Rajamangala dibuat berwarna-warni dengan gelang digital penonton. Chris kemudian mengajak penonton berjoget bersama dengan mengubah aransemen lagu dari album “Mylo Xyloto” (2011) berirama disco.

Chris bersama Jonny Buckland (gitaris), Guy Berryman (basis) dan Will Champion (drummer) kemudian maju ke lidah panggung untuk membawakan lagu “Always in My Head”. Masih dari album “Ghost Stories” (2014), Coldplay selanjutnya membawakan lagu bertempo sedang “Magic”. Jonny, Guy dan Will meninggalkan Chris yang duduk di depan piano sambil berbincang dengan penonton.

“Sangat luar bisa melihat kalian semua datang menerobos kemacetan dan menempuh perjalanan, beberapa kalian bahkan datang dari Indonesia,” ujar Chris.

Chris kemudian membawakan lagu dari album terbaru “A Head Full of Dreams” (2015), “Everglow”. Kembali ke panggung utama, dengan desain grafis visual yang ditampilkan dari layar LCD panggung dan dua layar di kanan-kiri panggung seakan menghipnotis penonton untuk memutar kembali waktu dengan “Clocks”.

Coldplay kembali ke album terbaru dengan membawakan “Hmyn for the Weekend”. Namun, kembali ke tahun 2005 dengan salah satu lagu terpopulernya, “Fix You”. Setelah membuat penonton mellow dengan lirik lagu tersebut, Chris dan kawan-kawan membuat penonton kembali bersemangat dalam lagu “Viva La Vida”.

Tak cukup membuat penonton bersemangat, Coldplay membuat penonton berjingkrak dengan membawakan lagu “Adventure of a Lifetime”. Bukan hanya karena nyanyian Chris, tapi bola raksasa warna-warni yang jatuh dari udara membuat penonton melompat.

Lampu seisi stadion padam. Chris dan kawan-kawan  tiba-tiba muncul dari panggung kecil jauh dari panggung utama untuk mengajak para penonton bernostalgia. Setelah memperkenalkan teman-temannya satu persatu dan mengungkapkan rasa syukurnya dapat 21 tahun bersama teman-temannya itu, Chris membawakan lagu jadulnya “In My Place” dan “Don’t Panic”.

Sukses membuat penonton terlarut dalam nostalgia, Coldplay kemudian mengajak penonton untuk bergerak ke masa kini dengan single terbarunya yang berkolaborasi dengan  duo DJ asal Amerika The Chainsmokers, “Something Just Like This”. Empat sekawan itu sukses membuat fans generasi baru Coldplay dengan irama musik kekinian electro dance music pada lagu tersebut. Irama musik bertempo cepat kembali dibawakan. Diiringi “A Sky Full of Stars” kertas warna-warni berbentuk bintang kembali memenuhi Rajamangala Stadium.


(Tampilan panggung konser Coldplay di Bangkok, Thailand, Jumat (7/4/2017). (ANTARA News/ Arindra Meodia))

Menyelipkan pesan damai

Coldplay memang terbilang cukup lama ikut terjun dalam kegiatan sosial. Pada 2010 misalnya, Coldplay tampil dalam acara amal untuk korban gempa Haiti. Coldplay juga mencipta lagu “Freedom for Palestine” pada 2011. Pesan damai juga ingin Coldplay sampaikan dalam konser “A Head Full of Dreams”. Coldplay seakan ingin mewujudkan mimpinya untuk membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik.

Di sela lagu “Everglow” Coldplay memutar video interview petinju Muhammad Ali yang membuat penonton tersentuh dengan bertepuk tangan. “Bagaimana kalau kita membantu sesama? Jadi, saya mendedikasikan hidup saya dan menggunakan nama saya yang populer untuk menggelar acara amal, untuk membantu orang, untuk menyatukan orang,” ujar Muhammad Ali dalam video.

“Orang-orang saling melukai satu sama lain karena agama dan kepercayaan. Kita butuh orang untuk membuat dunia damai,” sambungnya.

Hal ini bisa saja menjadi bentuk keprihatinan Coldplay dengan situasi dunia saat ini. Lebih dari itu, video tersebut mungkin saja merupakan kritikan untuk kebijakan baru Amerika Serikat tentang travel immigration yang menuai banyak kritikan. Colplay menutup konser “A Head Full of Dreams” di Thailand dengan lagu “Up and Up”.

“Good night, God bless,” ujar Chris.

“Don’t ever give up”.

(MR/ANT).

Redaksi Metro Rakyat

PT. Metro Rakyat Kreasi - Situs Berita Portal online - Berita Mendidik, Aktual & Inovatif.