Bupati Raja Ampat Abdul Faris Umlati, SE Dikukuhkan Sebagai Anak Adat Oleh Suku-Suku di Pulau Waigeo

Bupati Raja Ampat Abdul Faris Umlati, SE Dikukuhkan Sebagai Anak Adat Oleh Suku-Suku di Pulau Waigeo
Bagikan

METRORAKYAT.COM I RAJA AMPAT-Bupati Raja Ampat, Abdul Faris Umlati, SE dikukuhkan sebagai anak adat oleh suku-suku besar yang mendiami Pulau Waigeo dan sekitarnya.   Pengukuhan tersebut berlangsung di Pelantaran Kantor Distrik Waigeo Utara, Kabupaten Raja Ampat, Kamis 08 Februari 2018 dan disaksikan utusan masyarakat adat, perwakilan masyarakat dari 10 distrik/kecamatan di Wilayah Pemda Raja Ampat dan sejumlah tamu undangan lainnya.

Pulau Waigeo sendiri merupakan salah satu dari empat pulau besar (Waigeo, Salawati, Batanta dan Misool) yang merangkai dan membentuk   Raja Ampat. Pulau ini dihuni oleh beberapa suku, baik suku asli, campuran maupun suku-suku pendatang.

Adapun suku-suku besar di pulau Waigeo dan sekitarnya yang mengukuhkan Abdul Faris Umlati, SE sebagai anak adat  adalah suku Ambel, Kawei, Langganyam,  Wardo, dan Usba.

(Bupati Raja Ampat foto bersama usai pengukuhan/dokpri)

Abner Sanoy, putra asli suku Ambel yang juga selaku ketua panitia pelaksanaan kegiatan menjelaskan pengukuhan Abdul Faris Umlati sebagai anak adat Waigeo memiliki landasan historis kekeluargaan. Menurut Abner Sanoy berdasarkan genealogi, Abdul Faris Umlati memiliki hubungan kekerabatan yang dekat dengan suku-suku besar di Waigeo Utara Kabupaten Raja Ampat.

Terkait pengukuhan tersebut Abner Sanoy menjelaskan sisilah bahwa awal masa sebelum peradaban/zaman batu, nenek moyang marga sonoy bertempat tinggal di hilir sungai sonoy. Adapun nenek moyang tersebut adalah Buki Kadaun, Mansar Kalimo, Mansar Tantilin, Mansar Kamblau, Mansar Gamto, Mansar Badilal, Mansar Tumba dan Mansar Wambrau.

Dalam perjalanan selanjutnya semua nenek moyang tersebut dibunuh oleh penguasa atau mambri yang datang dari Biak yang masuk melalui Sungai Sonoy dan tinggal hanya Mansar Tumba yang bertahan hidup dan menikah. Dari hasil perkawinan itu ia memiliki 1 anak laki-laki dan 5 anak perempuan (Mansar Busu, Bisar Alele, Bisar Dun, Bisar Onolal, Bisar Inkribin dan Bisar Masbin).

(Prosesi Penjemputan Adat/dokpri)

Dalam perjalanan waktu keturunan Mansar Tumba ini bertumbuh dan berkembang biak, berasimilasi dan menikah dengan berbagai suku baik di Raja Ampat maupun beberapa daerah lainnya. Salah satu keturunan dari Mansar Tumba ini Binsar Tamima/Sonoy yang menikah dengan Haji Abbas Umlati yang melahirkan Abdul Faris Umlati yang sekarang sebagai Bupati Raja Ampat.

“Inilah yang menjadi dasar dan berdasarkan kesepakatan bersama marga maka kami mengukuhkan Bapak Bupati Raja Ampat, Bapak Abdul Faris Umlati, SE sebagai anak adat kabare,” ujar Abner Sanoy.

Pengukuhan Abdul Faris Umlati ditandai dengan pembacaan sumpah dan janji adat. Pada kesempatan itu Bupati Raja Ampat juga dikenakan pakaian kebesaran suku-suku Waigeo seperti topi “mahkota raja” sebagai tanda hormat, kekuatan dan kebijaksanaan yang berasal langit dan bumi untuk dijalankan. Juga diserahkan “parang” sebagai tanda untuk diberikan tugaskan untuk membersikan apapun yang tidak sesuai dengan kebijaksanaan adat baik dalam pemerintahan maupun dalam sistem adat. Juga diberikan kain adat “salawaku”  sebagai tanda pengayom, pelindung untuk keluarga, suku dan masyarakat umumnya.

(Tarian Adat Pengukuhan Bupati Raja Ampat)

Usai pengukuhan Abdul Faris Umlati dalam pesan dan kesannya menyampaikan terima kasih kepada para tetua adat dari suku-suku yang ada. Ia juga menjelaskan pengukuhan ini sebagai bentuk untuk merekatkan kembali ikatan kekerabatan  suku dan kekeluargaan antara dirinya dengan seluruh suku besar di Kabare.

“Acara ini dilaksanakan supaya tidak ada lagi kecurigaan. Karena kadang karena kepentingan ikatan keluarga yang sudah ada bisa lepas. Melalui pengukuhan ini ikatan  kekeluargaan tidak lepas. Ikatan yang ada kita pupuk. Dan sebagai anak adat saya berjanji akan selalu hadir untuk bapak dan ibu. Jika ada masalah saya harus dilibatkan,” ujar Abdul Faris Umlati.

(Prosesi penjemputan adat pengukuhan Bupati Raja Ampat/dokpri)

“Dikala bapak/ibu susah saya juga ikut susah, karena nenek moyang saya dan darah yang mengalir dalam diri saya ini adalah darah dari ibu keturunan Sanoy. Tanpa nenek moyang Sanoy saya tidak bisa lahir dan saya tidak mungkin jadi bupati sebagaimana saat ini,” ujar Abdul Faris Umlati.

Sesuai dengan motonya, “Mewujudkan Perubahan di Raja Ampat Tanpa Perbedaan,” maka ia berharap kepada seluruh komponen yang ada di Raja Ampat untuk menjauhkan semua sikap dan cara pandang yang membedakan satu dengan yang lain. Ia mengajak seluruh komponen untuk bersatu padu dan bekerja sama sebagai suatu ikatan keluarga besar Raja Ampat untuk membangun dan membawa Raja Ampat ke arah yang lebih baik.

Acara pengukuhan ini juga ditandai dengan penandatangan berita acara pengukuhan oleh perwakilan suku-suku besar Pulau Waigoe dan sekitarnya antara lain Marga Sanoy di Wakili Yustus Sanoy, Marga Sosir diwakili Yonathan Sosir, Marga Maray diwakili Mesak Maray dan Marga Fiay diwakili Albert Fiay(MR/Azrul)

Redaksi Metro Rakyat

PT. Metro Rakyat Kreasi - Situs Berita Portal online - Berita Mendidik, Aktual & Inovatif.