Polisi: Kami Tidak Bangga Tembak Teroris

MetroRakyat.com I JAKARTA — Penanggungjawab Operasi Tinombala Brigjen Rudi Sufahriadi mengatakan jika hingga kini sisa kelompok Santoso yang tergabung dalam Mujahidin Indonesia Timur diyakini tinggal tersisa 22 orang.
“Minggu lalu sudah ada maklumat kepada kelompok Santoso kalau ingin menyerahkan diri kami siap. Saya berpesan, sebagai penanggung jawab Tinombala, tidak bangga menembak teroris. Kalau mau menyerahkan diri kami siap. Kalau tidak, kami lakukan langkah hukum sesuai prosedur yang berlaku,” kata Rudi di Mabes Polri Rabu (25/5).
Jika menyerah apakah ada reward buat mereka seperti yang dilakukan pada kelompok Din Minimi di Aceh?
Rudi, yang juga Kapolda Sulteng itu melanjutkan,”Maklumat ini mengimbau kelompok Santoso supaya menyerah. Kita tetap akan menjalankan hukum sesuai aturan di Indonesia. Itu yang bisa kami lakukan.”
Kadiv Humas Polri Irjen Boy Rafli Amar menambahkan jika pelaku teror menyerah maka itu akan menjadi catatan khusus bagi hakim.
“Sebaliknya, jika tidak menyerah, kita berharap memperkecil ruang gerak. Kita harapkan mereka semakin sulit untuk bergerak dan akhirnya dapat ditemukan dan ketika ditemukan tidak melakukan perlawanan,” lanjut Boy.
Buron yang tersisa itu, antara lain, adalah Santoso, diikuti Muhammad Basri alias Bagong, dan Ali Ahmad alias Kalora. Ketiganya asal Poso.
Lalu Daus alias Mubaroq (asal Bima), Mukhtar alias Kahar (Poso), Askar alias Faris (Bima), Adji Pandu Suwotomo (Jawa), Qatar alias Farel (Bima), dan Jumrin bin Saleng (Poso).
Selanjutnya ada Suharyono, Salman alias Opik (Bima), Samil alias Nunung (Poso), Muhammad Faisal (Poso), Nae alias Galuh (Bima), juga Basir alias Romji (Bima).
Berikutnya Andika Eka Putra (Poso), Abu Alim (Bima), Irfan Maulana (Poso), dan Kholid (Poso).
Lima nama terakhir adalah Ibrahim (Uighur), Jumiatun Muslim (istri Santoso asal Bima), Nurmi Usman (istri Basri asal Bima), dan Tini Susanti Kaduka (istri Ali Kalora asal Bima). (Fathlan/ber1).