Dampak Badai Meluas
MetroRakyat.com I BANDA ACEH – Dampak angin kencang (badai) yang menerjang sejumlah wilayah Aceh sejak tiga hari terakhir dilaporkan meluas. Selain merusak rumah dan infrastruktur publik juga memacetkan transportasi laut termasuk terganggunya jaringan listrik. Bahkan stok kebutuhan pokok untuk warga Kabupaten Simeulue semakin menipis.
Dari Meulaboh dilaporkan, tanggul di Desa Pasir, Kecamatan Meureubo, Aceh Barat jebol dihantam pasang laut selama dua pekan terakhir sudah mencapai 315 meter. Ratusan meter lainnya terancam karena pasang purnama masih terus mengganas dan meluas ke Suak Indrapuri dan Ujong Kalak.
Amatan Serambi, Rabu kemarin, dua alat berat dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Barat dikerahkan ke Desa Pasir dan Suak Indrapuri untuk membersihkan tanah pasir yang menumpuk dibawa pasang di Jalan Diponegoro, Meulaboh. Warga juga ikut bekerja memasukkan tanah ke goni untuk dijejer di pinggir pantai.
Keuchik Desa Pasir, Romi Saputra Jaya mengatakan, fasilitas publik yang hancur selain tanggul penahan pasir sepanjang 315 meter, juga jalan lingkar 175 meter dan jalan lingkar lainnya sepanjang 250 meter juga tertimbun pasir, dan 2 tiang lampu pantai tumbang.
Selain tanggul jebol dan jalan rusak, puluhan rumah yang dibangun NGO di desanya juga hancur. “Laporan kerusakan sudah kita sampaikan ke BPBD Aceh Barat,” kata Romi.
Kepala Pelaksana BPBD Aceh Barat, Saiful AB mengatakan, untuk menangani tanggul jebol di Desa Pasir dibutuhkan dana Rp 4 miliar dan sudah diusulkan ke Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA). Sedangkan untuk penanganan darurat sudah dikerahkan alat berat selain ke Desa Pasir dan Suak Indrapuri juga ke Tugu Teuku Umar yang ambruk beberapa hari lalu,” kata Saiful.
Kepala Badan Meteorologi Klimatogi dan Geofisika (BMKG) Meulaboh-Nagan Raya, Edi Darlupti SE mengatakan, angin kencang sewaktu-waktu bisa datang dan kondisi cuara buruk seperti ini akan terjadi hingga tiga hari ke depan. “Kita imbau warga berhati-hati. Terutama untuk tidak berada di bawah pohon serta baliho yang kini semakin menjamur,” kata Edi.
Angin kencang, menurut BMKG bukan saja di darat, tetapi juga di laut dengan ketinggian gelombang hingga tiga hari ke depan mencapai 2,5 meter.
Cuaca buruk berupa gelombang tinggi dan angin kencang masih terjadi hingga Rabu (25/5) di kawasan Banda Aceh dan Sabang menyebabkan jalur pelayaran Ulee Lheue-Balohan masih terganggu. Kedua kapal cepat baik yang berangkat dari Sabang maupun dari Banda Aceh menghentikan pelayaran. Sementara KMP Papuyu yang sudah 25 menit berangkat dari Ulee Lheue harus kembali ke pelabuhan asal.
Kepala UPTD Pelabuhan Penyeberangan Balohan, Abdurrani kepada Serambi mengatakan, kondisi gelombang laut di perairan Sabang dan Banda Aceh belum stabil. Meski pada paginya kedua kapal cepat dan kapal lambat sudah berangkat dari Sabang dan Banda Aceh, karena cuaca terlihat sudah mulai membaik.
Dua kapal cepat yaitu KM Express Bahari 3B dan KM Express Cantika 89 yang berangkat dari Sabang dan Banda Aceh pada trip pertama langsung menghentikan pelayaran. Bahkan KM Express Bahari 3B yang berangkat dari Sabang pukul 08.00 WIB dilaporkan hampir terbalik di tengah perjalanan ke Ulee Lheue.
Juga dilaporkan, KMP Tanjung Burang yang berangkat dari Sabang pukul 08.00 WIB baru tiba di Pelabuhan Ulee Lheue sekitar pukul 11.40 menit atau dalam waktu 3 jam lebih dari biasanya hanya 2 jam.
Meski laut bergolak namun KMP Tanjung Burang tetap berangkat kembali mengangkut penumpang dan barang dari Banda Aceh ke Sabang. Kapal lambat berkapasitas 350 penumpang itu berangkat meninggalkan Pelabuhan Ulee Lheu sekitar 12.00 WIB dan tiba di Sabang pukul 15.30 WIB.
Informasi tentang kondisi pelayaran di jalur penyeberangan Ulee Lheue-Sabang yang masih terganggu hingga Rabu kemarin juga dibenarkan Kepala UPTD Pelabuhan Ulee Lheu, Misdaryanto.
Hujan dan angin kencang juga menumbangkan sejumlah pohon besar di kawasan Banda Aceh dan Aceh Besar. Dua pohon Asan (Angsana) tumbang di Gampong Lubok Batee, Pagar Air, Kecamatan Ingin Jaya, Aceh Besar, Rabu (25/5) sekitar pukul 14.15 WIB.
Pantauan Serambi, akibat tumbangnya kedua pohon ini sejumlah kendaraan tidak dapat melintas di dua sisi Jalan Nasional Banda Aceh-Medan tersebut. Warga setempat membersihkan dengan cara memotong pohon tumbang yang melintang di badan jalan.
Warga Gampong Lubuk Batee, Rizki Rizalus (16) yang berada di lokasi mengatakan pohon tumbang saat terjadi angin kencang namun tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut.
Sedangkan di Kecamatan Lhoong, Aceh Besar, sebanyak 10 rumah di Gampong Meunasah Lhok dan Gampong Pasi mengalami kerusakan bagian atap akibat diterbangkan angin.
Camat Lhoong, Azhar Asnawi kepada Serambi mengatakan, musibah angin kencang itu terjadi Selasa (24/5) sekitar pukul 04.15 WIB. Dari 10 rumah yang rusak itu, tujuh di Gampong Pasi dan tiga di Meunasah Lhok.
Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Disperndagkop dan UKM) Simeulue, Drs Alwi Alhas kepada Serambi, Rabu (25/5) mengatakan, stok kebutuhan pokok semakin menipis di Pasar Sinabang.
“Hasil pantauan kebutuhan pokok di Sinabang sudah semakin menipis, padahal kita mau belanja kebutuhan pokok untuk keperluan pasar murah di sembilan titik di Simeulue yang sudah kita agendakan. Pihak grosir tidak melepas barangnya karena sudah menipis,” kata Alwi.
Menipisnya stok kebutuhan pokok di Simeulue karena volume pelayaran dari Simeulue ke daratan Aceh tidak seperti biasanya. Di mana biasanya dua kapal lambat yang beroperasi namun saat ini hanya tinggal satu kapal.
“Akibat dari banyak truk angkutan barang milik pedagang yang hendak menyeberang ke Simeulue harus menunggu antrean di dermaga Singkil maupun Pelabuhan Penyeberangan Labuhan Haji, Aceh Selatan. Sehingga pasokan kebutuhan pokok menjadi tidak lancar,” kata Alwi.(Serambi/Peter)