Budaya Sebagai Aset Mahal Dan Punya Identitas Yang Paling Harus Di Pertahankan

Budaya Sebagai Aset Mahal Dan Punya Identitas Yang Paling Harus Di Pertahankan
Bagikan

MetroRakyat.com | MEDAN – Budaya ibarat jarum jahit yang mempersatukan bagian yang rusak/mempersatukan perbedaan, bukan seperti gunting yang fungsinya memisahkan. Budaya merupakan aset mahal dan berharga nilainya, sebagai identitas harus dipertahankan. Kebudayaan Barat sudah mendominanisasi segala aspek. Segala hal selalu mengacu kepada Barat. Peradaban Barat telah menguasai dunia.

Banyak perubahan-perubahan peradaban yang terjadi di penjuru dunia ini. Kebudayan Barat hanya sebagai petaka buruk bagi Timur. Timur yang selalu berperadaban mulia, sedikit demi sedikit mulai mengikuti kebudayaan Barat. Sikapi hal tersebut, Erick Sihotang sebagai artis dan musisi Batak sampaikan ketegasannya untuk tetap tidak mau tinggalkan budayanya sendiri sebagai identitas sebenarnya, Kamis (12/5). Kepada Metro Rakyat.Com pelantun lagu Sigaret Begu tersebut katakan “Salah satunya dengan cara meningkatkan minat pemuda terhadap seni tradisional. Kaum pemuda sebagai penerus bangsa agar terus mempelajari dan meningkatkan minat terhadap seni tradisional tanpa campur tangan kaum pemuda maka budaya yang menjadi bagian khazanah bangsa akan hilang tergerus zaman,”.

Ada pepatah klasik mengatakan, “bahasa menunjukkan bangsa”, masyarakat Batak – Toba telah membuktikan hal tersebut. Dimana di kolong langit ini tidak dihuni oleh orang Batak, khususnya Batak Toba? Merantau, Beradat dan Beradab adalah modal dan ciri khas yang dibawa oleh keturunan Batak. Toba baik didaerahnya sendiri maupun saat di negeri orang. Dengan bahasa dan ciri khasnya, dari generasi ke generasi Masyarakat Batak. Toba mengenal religi atau kepercayaan terhadap Tuhan Maha Pencipta yang disebut dengan Ompunta Mulajadi Na Bolon yang menciptakan alam semesta yang memiliki kekuatan diluar kekuatan manusia itu sendiri.

Dimanapun manusia berkumpul, disitulah Tuhan Yang Maha Pencipta melindungi seluruh ciptaannya. Batak – Toba percaya apa yang dikerjakan akan berbuah apabila Tuhan memberkati dan merestuinya. Oleh karena kepercayaan yang sangat tinggi kepada Tuhan, maka Batak – Toba menciptakan sebuah falsafah “Dalihan Na Tolu” yaitu : “Somba Marhula-hula, Manat Mardongan Tubu, dan Elek Marboru”, yang melambangkan pranata tata hubungan interaksi sekaligus landasan pola tingkah laku terhadap sesama manusia yang menjadi budaya, jati diri, dan peradaban yang diwariskan oleh nenek moyang (Rata Batak) hingga ke generasi-generasi berikutnya yang tertata rapi sebagai bagian dari Mahakarya Indonesia, dapat dijaga dan selalu diaplikasikan sampai sekarang yang tertuang dalam Sila Pancasila, dari Sila 1 sampai dengan Sila ke – 5, tandas saudara Judika Sihotang itu melalui via handphone kepada Metro Rakyat.Com. (Peter).

Redaksi Metro Rakyat

PT. Metro Rakyat Kreasi - Situs Berita Portal online - Berita Mendidik, Aktual & Inovatif.